Senin, 18 Maret 2013

Bangunan Bersejarah di Kota Bekasi


Monumen Sejarah dan Cagar Budaya Bekasi



1. Monumen Perjuangan Rakyat ( Alun-alun Bekasi )
 
          Monumen Perjuangan Rakyat ini terletak di Jalan Veteran Kota Bekasi atau tepatnya di Alun-alun Depan Kantor Polresta Bekasi. Monumen ini didirikan pada tanggal 5 Juli 1955. Dibuat dalam rangka menyambut HUT Proklamasi RI ke-10 dan HUT Kabupaten Bekasi ke-5 tahun 1955. Pembuatan monumen ini diprakarsai dan dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi.
Bentuk Monumen ini berupa tugu persegi lima terbuat dari batu bata. Tinggi Tugu 5.08 cm termasuk dasar tugu dikelilingi pagar tembok tinggi 1 meter dan masing-masing 3 meter juga persegi lima, dengan pengertian Pancasila.
Monumen ini didirikan untuk memperingati beberapa peristiwa yang terjadi di Bekasi, yaitu :
a. Peristiwa bulan Agustus 1945
b. Peristiwa Awal bulan Pebruari 1950 ( Penentuan Resolusi Rakyat Bekasi ).
 
2. Tugu Perjuangan Rakyat di Bekasi
 
             Monumen ini didirikan pada tahun 1975 pada masa pemerintahan Bupati Abdul Fatah, dan diresmikan oleh Gubernur Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat. Monumen ini melambangkan perjuangan yang gigih dan patriotisme yang tinggi bangsa Indonesia dalam memperjuangkan daerah front perjuangan di daerah Bekasi, sehingga monumen ini disebut " Tugu Perjuangan Rakyat di Bekasi ", karena di wilayah Bekasi berbagai penjuru pejuang datang dari wilayah lain berkumpul dan berjuang mempertahankan.
Monumen ini terletak di Jalan Ahmad Yani Kota Bekasi ( pada areal Stadion Bekasi ). Secara fisik, Monumen ini terpancang lima buah tugu yang setiap bagian puncaknya dibuat meruncing, masing-masing berhadapan satu sama lain dan tingginya 17 meter, sebagai replika kelima sila Pancasila dan gambaran komitmen untuk senantiasa memelihara "persatuan dan kesatuan bangsa". Hal ini juga menggambarkan begitu besarnya perjuangan rakyat Bekasi dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI.
Di Bagian tengah, terdapat kolam berbentuk 5 (lima) tiang pancang yang melambangkan Pancasila. Di belakang monumen ada relief perjuangan rakyat Bekasi mulai jaman Tuan Tanah, Jaman Belanda, Jaman Jepang, Jaman Kemerdekaan Repulik Indonesia sampai memasuki Jaman pembangunan yang dipahatkan pada Batu semen persegi panjang dan dari arah depan monumen terukir sebuah syair seorang sastrawan Chairil Anwar yang ikut terjun langsung ke medan perang di Bekasi. Disekitar kelima Tugu tersebut terdapat kolam berbentuk persegi lima yang berisi air dengan pancaran air mancur sebanyak 17 buah ( walaupun sekarang ini tidak berfungsi lagi dengan baik ). Kolam dan air gambaran akan nikmatnya Allah yang sangat besar bagi daerah Bekasi.
 
3. Gedung Papak
 
            Gedung bersejarah ini terletak di jalan Ir. H. Djuanda Kota Bekasi, tepatnya di Bekas Areal Perkantoran Walikota Bekasi. Gedung Papak merupakan salah satu bangunan bersejarah yang turut memberikan kesaksian atas perjuangan rakyat Bekasi pada masa Revolusi fisik. Secara historis, Gedung Papak ini dahulu milik seorang keturunan Tionghoa bernama Lee Guan Chin. Ia seorang pengusaha yang memiliki banyak pabrik penggilingan berkas ( sekitar Bekasi dan Karawang ). Namun, yang tinggi terhadap perjuangan rakyat Bekasi. Bahkan, memiliki hubungan yang baik dengan gerakan kerakyatan pimpinan K.H Noer Alie. Bahkan, Gedung Papak ini diserahkan secara sukarela sebagai salah satu markas perjuangan rakyat Bekasi. Pada Tahun 1982, Gedung papak kemudian menjadi rumah dinas Walikota sejak masa Walikota H. Soejono hingga masa H.Kailani
 
4. Tugu di Jalan KH Agus Salim Bekasi
 
             Monumen berbentuk tugu ini terbuat dari batu persegi yang pada bagian atasnya terdapat kepala dengan sekelilingnya terdapat pecahan-pecahan peluru meriam, mortir, granat tangan, dan kelongsong peluru ukuran 12,7 mm. Latar Belakang dari pembangunan tugu ini adalah peristiwa aksi pembakaran kota Bekasi desember 1945 yang dipicu oleh kemarahan Panglima Tentara Sekutu, Jenderal Christison.
 
5. Masjid Agung Al-Barkah
 
           Masjid ini dibangun pada tahun 1890 di atas tanah wakaf milik Bahrun dengan luas 3000 meter persegi. Masjid ini menjadi pusat syiar Islam dan menjadi area publik dengan keindahan taman kota di Alun-alun Kota Bekasi.
 
6. Monumen Kali Bekasi : Last Japanese Standing in Indonesia
          
            Insiden Kali Bekasi, adalah peristiwa yang menggambarkan kepatriotan rakyat Bekasi. 19 Oktober 1945,  meluncur kereta yang membawa tawanan Jepang menuju Ciater (dipulangkan melalui lapangan udara Kalijati). namun, pejuang Cikampek memerintahkan kembali ke Jakarta. pejuang Bekasi sudah menunggu, di Stasiun Bekasi kereta digeledah dan ditemukan senjata api. rakyat beringas, walau awak kereta menghadang dan memperlihatkan surat perintah jalan dari Menteri Subardjo dan ditandatangani Bung Karno, rakyat Bekasi tetap menggelandang tawanan ke Kali Bekasi, setelah maghrib, tawanan ditelanjangi dan dibantai. Kali bekasi yang jernih memerah darah. pembangunan monumen ini adalah simbol perdamaian dan cinta kasih. tiap tahun ada peristiwa tabur bunga.
 
7. Gedung Tinggi
 
             Gedung ini terletak di Jalan Hasanudin No.5 Tambun - Bekasi.  Pemilik pertama gedung ini adalah seorang Cina bernama Kouw Oen Huy (Kapitain). 
Gedung tersebut berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang sampai tahun 1945. kemudian setelah jepang menyerah pada sekutu, gedung diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan pernah dijadikan kantor Kabupaten Jatinegara.
 
8. Monumen Bambu Runcing
 
        Monumen ini terletak di Desa Warung Bongkok, Kecamatan Cibitung. Monumen ini merupakan perlambang daerah pertempuran kota bekasi dengan tentara sekutu tanggal 13 Desember 1945. Monumen ini menyerupai bambu runcing menghadap ke atas, panjangnya 2,92 meter, lebarnya 2,92 meter , sedangkan tinggi keseluruhan 5,56 meter. 
 
9. Pondok Gede
 
              Pondok gede merupakan sebuah bangunan sejarah yang telah hilang. istilah daerah Pondok Gede berawal dari penamaan bangunan tersebut. Bangunan ini berawal tahun 1775, seorang Belanda bernama Hooyman, dengan gaya Eropa bercampur corak jawa. Kini, bangunan ini tinggal sejarah, karena pada tahun 1990-an, digantikan dengan proyek swalayan akibat ketidakpahaman tentang pelestarian bangunan bersejarah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar